Isra Mi'raj adalah bagian kedua dari perjalanan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad S.A.W dalam waktu satu malam saja. Kejadian ini merupakan salah satu peristiwa penting bagi umat Islam, karena pada peristiwa inilah Nabi Muhammad S.A.W mendapat perintah untuk menunaikan salat lima waktu sehari semalam.A. Pengertian Isra’ Mi’raj
1. Bahasa
Isra’ berarti perjalanan disebagian malam hari dalam tempo singkat. Dalam Isra, Nabi SAW., "diperjalankan" oleh Allah SWT dari Masjidil Haram di Makkah hingga Masjidil Aqsha di Palestina. Mi’raj adalah tangga alat naik.Dalam Mi'raj Nabi Muhammad SAW dinaikkan ke langit menggunakan kendaraan Buraq sampai ke Sidratul Muntaha yang merupakan tempat tertinggi.Tujuan perjalanan tersebut untuk memperlihatkan sebagian dari tanda kekuasaaan dan kebesaran Allah SWT, di bumi dan di langit dan menerima perintah sebagai puncak peribadatan yakni shalat.
2. Istilah
Isra Mi’raj adalah peristiwa diperjalankannya Rasulullah Saw. dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsha/ Bayt al Maqdis di palestina, kemudian naik ke Sidrat al Muntaha dan kembali lagi ke Masjidil Haram di Mekkah pada suatu malam dalam waktu singkat. Sebelum Nabi Muhammad saw diperjalankan malam hari itu, hatinya diisi iman dan hikmah, agar beliau tahan menghadapi segala macam cobaan dan tabah dalam melaksanakan perintah-perintah-Nya. Peristiwa isra’ secara eksplisit dijelaskan Allah diantaranya dalam QS Al Isra (17) : 1 dan 78, sementara mi’raj disebut dalam QS. Al-Najm (53) : 7-18 dan QS. At Takwir (81) : 19-23.
Beberapa ayat tersebut menggambarkan secara jelas bahwa isra’ dan mi’raj Rasulullah saw diabadikan dalam al-Qur’an, menunjukkan bahwa peristiwa tersebut benar-benar terjadi dan wajib bagi kita untuk mempercayainya. Hal penting yang pasti disepakati bahwa isra’ dan mi’raj adalah benar terjadi dan merupakan mukjizat Rasul yang wajib umat Islam beriman kepadanya.
Jadi dapat disimpulkan Isra’ Mi’raj adalah perjalanan Nabi Muhammad saw dari Masjidil Haram sampai Masjidil Aqsha dilanjutkan ke Sidratul Muntaha dan kembali lagi ke Masjidil Haram pada suatu malam dalam waktu yang singkat.
B. Dalil yang Berkaitan dengan Peristiwa Isra’ Mi’raj
1. QS. Al-Isra (17) : 1
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الأقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّه هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ (١)
“Maha suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjdil Haram ke Masjidil Aqsha, yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami, sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” ( QS. Al-Isra : 1 )
2. QS. An-Najm : 13-14
وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَى (١٣)عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى (١٤)
“Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain (yaitu) di Sidratul Muntaha.” ( QS. An-Najm : 13-14)
3. QS. Al Najm (53) : 7-18
وَهُوَ بِالأفُقِ الأعْلَى (٧)ثُمَّ دَنَا فَتَدَلَّى (٨)فَكَانَ قَابَ قَوْسَيْنِ أَوْ أَدْنَى (٩)فَأَوْحَى إِلَى عَبْدِهِ مَا أَوْحَى (١٠)مَا كَذَبَ الْفُؤَادُ مَا رَأَى (١١)أَفَتُمَارُونَهُ عَلَى مَا يَرَى (١٢)وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَى (١٣)عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى (١٤)عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَى (١٥)إِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشَى (١٦)مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغَى (١٧)لَقَدْ رَأَى مِنْ آيَاتِ رَبِّهِ الْكُبْرَى (١٨)
7. sedang Dia berada di ufuk yang tinggi. 8. kemudian Dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi. 9. Maka jadilah Dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi). 10. lalu Dia menyampaikan kepada hambaNya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan. 11. hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya. 12. Maka Apakah kaum (musyrik Mekah) hendak membantahnya tentang apa yang telah dilihatnya? 13. dan Sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, 14. (yaitu) di Sidratil Muntaha 15. di dekatnya ada syurga tempat tinggal, 16. (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. 17. penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. 18. Sesungguhnya Dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.
3- Hadis
a. Qatadah: Telah mengisahi kami Anas bin Malik, dari Malik bin Sha’sha’ah ra, ia telah berkata: Telah bersabda Nabi : “Ketika aku di al-Bait (yaitu Baitullah atau Ka’bah) antara tidur dan jaga”, kemudian beliau menyebutkan tentang seorang lelaki di antara dua orang lelaki. “Lalu didatangkan kepadaku bejana dari emas yang dipenuhi dengan kebijaksanaan dan keimanan. Kemudian aku dibedah dari tenggorokan hingga perut bagian bawah. Lalu perutku dibasuh dengan Air Zam Zam, kemudian diisi dengan kebijaksanaan (hikmah) dan keimanan. Dan didatangkan kepadaku binatang putih yang lebih kecil dari kuda dan lebih besar dari baghal (peranakan kuda dan keledai), yaitu Buraq. (HR Bukhari).
b. Aisyah r.a. berkata, “Allah memfardhukan shalat ketika difardhukan-Nya dua rakaat-dua rakaat, baik di rumah maupun dalam perjalanan. Selanjutnya, dua rakaat itu ditetapkan shalat dalam perjalanan dan shalat di rumah ditambah lagi (rakaatnya).” (Dalam satu riwayat: Kemudian Nabi Muhammad saw. hijrah, lalu difardhukan shalat itu menjadi empat rakaat dan dibiarkan shalat dalam bepergian sebagaimana semula. (HR. Bukhari)
c. Saat Nabi SAW diisrakan ke Masjid al-Aqsha, subuhnya orang-orang membicarakan hal itu. Maka sebagian orang murtad dari yang awalnya beriman dan membenarkan beliau. Mereka memberitahukan hal itu kepada Abu Bakar ra. Mereka bertanya: "Apa pendapatmu tentang sahabatmu yang mengaku bahwasanya dia diisrakan malam tadi ke Baitul Maqdis?" Dia (Abu Bakar) menjawab: "Apakah ia berkata demikian?" Mereka berkata: Ya. Dia menjawab: "Jika ia mengatakan itu, maka sungguh ia telah (berkata) jujur." Mereka berkata: "Apakah engkau membenarkannya bahwasanya dia pergi malam tadi ke Baitul Maqdis dan sudah pulang sebelum subuh?" Dia menjawab: "Ya, sungguh aku membenarkannya (bahkan) yang lebih jauh dari itu. Aku membenarkannya terhadap berita langit (yang datang) di waktu pagi maupun sore." Maka karena hal itulah, Abu Bakar diberi namaash-Shiddiq. (HR Hakim dari Aisyah ra).
Diambil dari buku siswa MAN
Proses Terjadinya Isra’ Mi’raj
Isra’ Mi’raj terjadi pada periode akhir kenabian di Makkah sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah. Menurut Abu A’la Maududi dan mayoritas ulama, Isra Mi'raj terjadi pada tahun pertama sebelum hijrah, yaitu antara tahun 620-621 M. Menurut Al Manshurfuri, Isra Mi'raj terjadi pada malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian, sebagian ulama menyebut terjadi pada tahun 12 kenabian.
Menurut banyak keterangan, diriwayatkan bahwa perjalanan Isra’ dimulai ketika suatu malam Nabi sedang tidur di Hijr (dekat ka’bah). Malaikat jibril membangunkan Nabi sampai tiga kali, ketika Nabi terbangun dari tidurnya melihat ada seekor hewan yang putih antara bagal dan himar, pada kedua pahanya ada dua buah sayap yang menambah cepat jalan kedua kakinya.
Perjalanan Isra’ Nabi Muhammad SAW dimulai dengan pesucian hati.Disebutkan dalam sebuah hadis sebelum dibawa Malaikat Jibril, Nabi dibaringkan lalu dibelah dadanya dan dibersihkan hatinya dengan air zam zam.Apakah hati Rosululloh kotor?Pernahkah Rosululloh berbuat dosa?Apakah Rosululloh punya penyakit dendam, iri, dengki atau berbagai penyakit hati lainnya?Dapat kita fahami dan kita ambil pengertian bahwa dicuci hati Nabi bukan dari kotoran dosa atau ma’siat.Yang dimaksud dicuci disini adalah dikikis habis dari sifat-sifat yang tercela yang ada pada hati manusia biasa.Karena sifat-sifat itu adalah penghalang dalam menghadapi masa-masa perjuangan seorang pemimpin apalagi seorang Rasul.
Perjalanan Isra’ Nabi Muhammad SAW dimulai dengan sholat sebagai rasa syukur di masjidil haram, dilanjutkan ke Thaibah (yatsrib/Madinah, daerah kemudian Nabi hijrah), Madyan (pohon Nabi Musa), Gunung tursina ( tempat Nabi Musa menerima wahyu langsung dari Allah) dan Baitullaham (betlehem/tempat kelahiran Nabi Isa as).
Pada setiap tempat itu Nabi SAW melaksanakan sholat sunnah dua rakaat. Pada perjalanan ini, Nabi juga diperlihatkan gambaran-gambaran tentang umatnya pada masa yang akan datang, kemudian perjalanan diakhiri dengan melaksanakan sholat di Baitul Muqoddas (masjidil Aqsho).
Perjalanan Isra’ Nabi SAW diakhiri dengan sholat berjama’ah dengan ruh para Nabi (kecuali Isa bin Maryam as) di Baitulmuqoddas (Masjidil Aqsha). Setelah sholat berjama’ah dilanjutkan dengan pidato sambutan dari para Nabi secara bergantian dan Nabi Muhammad SAW mendapatkan giliran terakhir.Setelah Nabi selesai mengungkapkan syukur kepada Allah, datanglah bidadari dengan membawa baki berisi dua gelas minuman. Segelas berisi susu dan segelas lagi berisi arak. Nabi memilih susu, kemudian Nabi meminumnya. Ketika itu Malaikat Jibril berkata :”tepat sekali pilihanmu ya Muhammad, minuman itu cocok sekali bagi fitrah manusia, sejak ia lahir minum susu ibu, murni, asli dan bergizi. Seandainya engkau memilih arak maka umatmu banyak yang mendurhakaimu dan sedikit sekali yang mengikutimu”.
Setelah Nabi-nabi mengucapkan pidato sambutan, kemudian mereka meninggalkan Masjidil Aqsha.Nabi Muhammad bersama Jibril dan Mikail keluar meninggalkan masjid, di halaman masjid ada sebuah batu besar, diatas batu itulah diletakkan sebuah alat semisal tangga untuk naik ke langit.Tangga itu mempunyai anak tangga sepuluh buah.Ujung bawah tangga itu terletak diatas batu shakhroh atau batu besar. Ketika diinjak anak tangga yang pertama maka akan langsung mencapai langit pertama begitu seterusnya.
Dengan mengucap basmallah Nabi menaiki tangga itu bersama jibril maka dengan seketika itu telah berada dilangit pertama dimuka pintu gerbang langit pertama “Babul Hafzhah”, disitu berdiri malaikat pengawal langit pertama yang bernama Ismail yang mempunyai anak buah 70.000 Malaikat dan tiap-tiap Malaikat memiliki 70.000 Malaikat. Dilangit pertama Nabi berjumpa dengan dengan Nabi Idris as, langit kedua dengan Nabi Isa as dan Nabi Yahya as, langit ketiga dengan Nabi Yusuf as, langit keempat dengan Nabi Idris as, langit kelima dengan Nabi Harun as, langit ke enam dengan Nabi Musa as dan langit ketujuh dengan Nabi Ibrahim as.
Kemudian dari langit ke tujuh Nabi di ajak ke Sidratul Muntaha.karena sampai batas inilah segala amal anak Adam di peroleh malaikat dari bumi.Sidratul muntaha adalah pohon bidara yang tidak berduri, memiliki daun seperti telinga gajah yang berbuah seperti bejana, sebuah pohon raksasa yang tumbuh dilangit ke tujuh, hanya Allah yang mengetahui besarnya pohon itu.
Dengan Isro’ dan Mi’rojnya Nabi Muhammad saw diberi kesempatan melihat keadaan surga dari dekat agar dapat di ceritakan kepada Umatnya sehingga mereka tambah beriman dan tambah keyakinannya. Kemudian Nabi diajak melihat keadaan neraka, menurut Nabi neraka adalah tempat penyiksaan.Di dalamnya ada gunung-gunung, ada sungai dan telaga dan jurang-jurang. Air sungai neraka selalu panas dan mendidih, airnya ada dari cairan timah panas, cairan tembaga merah membara, air nanah yang sangat busuk dan bau anyir darah.
Disidrotul Muntaha terjadi dialog antara Nabi dengan Alloh, diantara dialognya adalah tentang sholat lima waktu yang beliau tawar sampai sembilan kali mulai dari 50 rokaat menjadi 5 rokaat. Allah bersabda: “Demikianlah ketetapan yang telah aku tetapkan. Maka barang siapa yang menunaikannya dengan percaya dan mengharap keridhaan Allah,maka yang lima kali itu pahalanya seperti sholat lima puluh kali”.
Perjalanan Nabi Muhammad SAW. dari Makkah ke Bayt Al Maqdis, kemudian naik ke Sidrat Al Muntaha, bahkan melampauinya, serta kembalinya ke Makkah dalam waktu sangat singkat, merupakan tantangan terbesar sesudah Al Qur’an disodorkan oleh Tuhan kepada umat manusia. Peristiwa ini membuktikan bahwa 'ilm dan qudrat Tuhan meliputi dan menjangkau, bahkan mengatasi, segala yang finite (terbatas) dan infinite (tak terbatas) tanpa terbatas waktu atau ruang.
Peristiwa Isra’ Mi’raj bermula ketika Malaikat Jibril AS mendapat perintah dari Allah untuk menjemput Nabi Muhammad SAW untuk menghadap Allah SWT.Jibril membangunkan Rasul dan membimbingnya keluar Masjidil Haram ternyata diluar masjid telah menunggu kendaraan bernama Buraq sebuah kendaraan yang kecepatannya lebih cepat dari kecepatan rambat cahaya dan setiap langkahnya sejauh mata memandang.
Sayyid Qutub dalam kitabnya yang terkenal, Fi Zhilal Al Qur’an menyatakan, ‘‘Perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa adalah perjalanan yang murni pilihan daripada Zat Yang Maha Kasih dan Maha Lembut, yang menghubungkan akar kesejarahan agama-agama besar dari zaman Nabi Ibrahim dan Ismail hingga Nabi Muhammad SAW”.
Menurut Tafsir al-Qurtuby, lebih kurang ada 20 sahabat yang meriwayatkan tentang isra’, semua penulis kitab hadits mencantumkan tentang hadits isra’. Menurut dia, kebanyakan haditsnya mutawatir dan shahih, diantaranya yang diriwayatkan Anas Bin Malik.
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ أُتِيتُ بِالْبُرَاقِ وَهُوَ دَابَّةٌ أَبْيَضُ فَوْقَ الْحِمَارِ وَدُونَ الْبَغْلِ يَضَعُ حَافِرَهُ عِنْدَ مُنْتَهَى طَرْفِهِ فَرَكِبْتُهُ فَسَارَ بِي حَتَّى أَتَيْتُ بَيْتَ الْمَقْدِسِ فَرَبَطْتُ الدَّابَّةَ بِالْحَلْقَةِ الَّتِي يَرْبِطُ فِيهَا الأَنْبِيَاءُ
Dari Anas bin Mâlik r.a, sesungguhnya Rasûlullâh saw bersabda: "Aku diberi buraq; adalah seekor hewan yang berbulu putih; tingginya lebih dari keledai akan tetapi lebih pendek daripada bagal; bila ia terbang kaki depannya dapat mencapai batas pandangan matanya. Lalu aku menaikinya dan ia membawaku hingga sampai di Baitul Maqdis. Kemudian aku tambatkan ia pada tempat penambatan yang biasa dipakai oleh para nabi.
ثُمَّ دَخَلْتُ فَصَلَّيْتُ فِيهِ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ خَرَجْتُ فَجَاءَنِي جِبْرِيلُ عليه السلام بِإِنَاءٍ مِنْ خَمْرٍ وَإِنَاءٍ مِنْ لَبَنٍ فَاخْتَرْتُ اللَّبَنَ قَالَ جِبْرِيلُ أَصَبْتَ الْفِطْرَةَ ثُمَّ عُرِجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ فَقِيلَ وَمَنْ أَنْتَ قَالَ جِبْرِيلُ قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ فَقِيلَ وَقَدْ أُرْسِلَ إِلَيْهِ قَالَ قَدْ أُرْسِلَ إِلَيْهِ فَفُتِحَ لَنَا فَإِذَا أَنَا بِآدَمَ فَرَحَّبَ وَدَعَا لِي بِخَيْرٍ . ثُمَّ عُرِجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ الثَّانِيَةِ فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ فَقِيلَ وَمَنْ أَنْتَ قَالَ جِبْرِيلُ فَقِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ فَقِيلَ وَقَدْ أُرْسِلَ إِلَيْهِ قَالَ قَدْ أُرْسِلَ إِلَيْهِ قَالَ فَفُتِحَ لَنَا فَإِذَا أَنَا بِابْنَيْ الْخَالَةِ يَحْيَى وَعِيسَى فَرَحَّبَا وَدَعَوَا لِي بِخَيْرٍ
Kemudian malaikat Jibril membawaku naik ke langit yang kedua, malaikat Jibril mengetuk pintu langit yang kedua. Lalu ditanyakan kepadanya, 'Siapakah kamu?'Malaikat Jibril menjawab, 'Jibril.' Ditanyakan lagi kepadanya, 'Siapakah orang yang bersamamu itu?'Malaikat Jibril menjawab, 'Muhammad.'Ditanyakan lagi kepadanya, 'Apakah dia telah diutus untuk menghadap kepada-Nya?'Malaikat Jibril menjawab, 'Dia telah diutus untuk menemui-Nya.'Maka pintu langit yang kedua dibukakan bagi kami; tiba-tiba aku bertemu dengan dua orang anak bibiku, yaitu Nabi Yahya dan Nabi Isa.Lalu keduanya menyambut kedatanganku, dan keduanya mendoakan kebaikan buatku.
ثُمَّ عُرِجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ الثَّالِثَةِ فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ فَقِيلَ مَنْ أَنْتَ قَالَ جِبْرِيلُ فَقِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ فَقِيلَ وَقَدْ أُرْسِلَ إِلَيْهِ قَالَ وَقَدْ أُرْسِلَ إِلَيْهِ فَفُتِحَ لَنَا فَإِذَا أَنَا بِيُوسُفَ عليه السلام وَإِذَا هُوَ قَدْ أُعْطِيَ شَطْرَ الْحُسْنِ فَرَحَّبَ وَدَعَا لِي بِخَيْرٍ
Kemudian malaikat Jibril membawaku naik ke langit yang ketiga, maka malaikat Jibril mengetuk pintu langit yang ketiga, lalu ditanyakan kepadanya, 'Siapakah kamu?'Malaikat Jibril menjawab, 'Jibril.'Ditanyakan lagi kepadanya, 'Siapakah orang yang bersamamu itu?'Malaikat Jibril menjawab, 'Muhammad.'Ditanyakan lagi kepadanya, 'Apakah dia telah diutus untuk menemui-Nya?'Malaikat Jibril menjawab, 'Dia telah diutus untuk menemui-Nya.' Maka dibukakanlah pintu langit ketiga bagi kami, tiba-tiba aku bertemu denganNabi Yusuf; dan ternyata ia telah dianugerahi separuh daripada semua keelokan. Nabi Yusuf menyambut kedatanganku, lalu ia mendoakan kebaikan bagiku.
ثُمَّ عُرِجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ الرَّابِعَةِ فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ فَقِيلَ مَنْ أَنْتَ قَالَ جِبْرِيلُ قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ فَقِيلَ قَدْ أُرْسِلَ إِلَيْهِ قَالَ قَدْ أُرْسِلَ إِلَيْهِ فَفُتِحَ الْبَابُ فَإِذَا أَنَا بِإِدْرِيسَ فَرَحَّبَ بِي وَدَعَا لِي بِخَيْرٍ ثُمَّ قَالَ يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ{ وَرَفَعْنَاهُ مَكَانًا عَلِيًّا }
Kemudian malaikat Jibril membawaku naik ke langit yang keempat, maka malaikat Jibril mengetuk pintu langit. Lalu ditanyakan kepadanya, 'Siapakah kamu?'Malaikat Jibril menjawab.'Jibril.' Ditanyakan lagi kepadanya, 'Siapakah orang yang bersamamu itu?'Malaikat Jibril menjawab, 'Muhammad.'Ditanyakan lagi kepadanya, 'Apakah dia telah diutus untuk menemui-Nya?'Malaikat Jibril menjawab, 'Dia telah diutus untuk menemui-Nya.' Maka pintu langit yang keempat dibukakan bagi kami; tiba-tiba aku bertemu denganNabi Idris, ia menyambut kedatanganku dan mendoakan kebaikan bagiku. Maka Allâh berfirman : maka Allâh telah mengangkatnya ke tempat yang tinggi.
ثُمَّ عُرِجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ الْخَامِسَةِ فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ فَقِيلَ مَنْ أَنْتَ قَالَ جِبْرِيلُ فَقِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ فَقِيلَ قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ قَالَ قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ فَفُتِحَ لَنَا فَإِذَا أَنَا بِهَارُونَ فَرَحَّبَ وَدَعَا لِي بِخَيْرٍ
Kemudian malaikat Jibril membawaku ke langit yang kelima, lalu malaikat Jibril mengetuk pintu langit yang kelima, maka ditanyakan kepadanya, 'Siapakah kamu?'Malaikat Jibril menjawab, 'Jibril.'Dan ditanyakan lagi kepadanya, 'Siapakah orang yang bersamamu itu?'Malaikat Jibril menjawab, 'Muhammad.'Ditanyakan lagi kepadanya, 'Apakah dia telah diutus untuk menemui-Nya?'Malaikat Jibril menjawab, 'Dia telah diutus untuk menemui-Nya.' Lalu dibukakanlah pintu langit yang kelima bagi kami; tiba-tiba aku bertemu denganNabi Harun, ia menyambut kedatanganku dan mendoakan kebaikan bagiku.
ثُمَّ عُرِجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ السَّادِسَةِ فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ فَقِيلَ مَنْ أَنْتَ قَالَ جِبْرِيلُ قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ فَقِيلَ وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ قَالَ قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ فَفُتِحَ لَنَا فَإِذَا أَنَا بِمُوسَى عليه السلام فَرَحَّبَ وَدَعَا لِي بِخَيْرٍ
Selanjutnya malaikat Jibril membawaku naik ke langit yang keenam, lalu ia mengetuk pintunnya, ditanyakan kepadanya, 'Siapakah kamu?' Malaikat Jibril menjawab, 'Jibril.'Ditanyakan lagi kepadanya, 'Siapakah orang yang bersamamu itu?'Malaikat Jibril menjawab, 'Muhammad.'Ditanyakan lagi kepadanya, 'Apakah dia telah diutus untuk menemui-Nya?'Malaikat Jibril menjawab, 'Dia telah diutus untuk menemui-Nya.' Maka dibukakanlah pintu langit yang keenam buat kami, tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Musa, laluNabi Musa menyambut kedatanganku, dan ia mendoakan kebaikan bagiku.
ثُمَّ عُرِجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ السَّابِعَةِ فَاسْتَفْتَحَ جِبْرِيلُ فَقِيلَ مَنْ أَنْتَ قَالَ جِبْرِيلُ قِيلَ وَمَنْ مَعَكَ قَالَ مُحَمَّدٌ قِيلَ وَقَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ قَالَ قَدْ بُعِثَ إِلَيْهِ فَفُتِحَ لَنَا فَإِذَا أَنَا بِإِبْرَاهِيمَ وَإِذَا هُوَ مُسْتَنِدٌ إِلَى الْبَيْتِ الْمَعْمُورِ وَإِذَا هُوَ يَدْخُلُهُ كُلَّ يَوْمٍ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ لا يَعُودُونَ إِلَيْهِ
Kemudian malaikat Jibril membawaku naik ke langit yang ketujuh, lalu ia mengetuk pintunya. Ditanyakan kepadanya, 'Siapakah kamu?'Malaikat Jibril menjawab, 'Jibril.'Ditanyakan lagi kepadanya, 'Siapakah orang yang bersamamu itu?'Malaikat Jibril menjawab, 'Muhammad.'Ditanyakan lagi kepadanya, 'Apakah dia telah diutus untuk menemui-Nya?'Malaikat Jibril menjawab, 'Dia telah diutus untuk menemui-Nya.'Maka dibukakanlah pintu langit yang ketujuh bagi kami; tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Ibrahim. Kedapatan ia bersandar pada Baitul Makmur. Ternyata Baitul Makmur itu setiap harinya dimasuki oleh tujuh puluh ribu malaikat, yang selanjutnya mereka tidak kembali lagi padanya.
ثُمَّ ذَهَبَ بِي إِلَى سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى وَإِذَا وَرَقُهَا كَآذَانِ الْفِيَلَةِ وَإِذَا ثَمَرُهَا كَالْقِلالِ فَلَمَّا غَشِيَهَا مِنْ أَمْرِ اللَّهِ مَا غَشِيَهَا تَغَيَّرَتْ فَمَا أَحَدٌ مِنْ خَلْقِ اللَّهِ يَسْتَطِيعُ أَنْ يَصِفَهَا مِنْ حُسْنِهَا قَالَ فَأَوْحَى اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَيَّ مَا أَوْحَى وَفَرَضَ عَلَيَّ فِي كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ خَمْسِينَ صَلاةً
Kemudian malaikat Jibril membawaku naik ke Sidratul Muntaha, kedapatan daun-daunnya bagaikan telinga-telinga gajah dan buah-buahan bagaikan tempayan-tempayan yang besar.Ketika semuanya tertutup oleh nur Allâh, semuanya menjadi berubah.Maka kala itu tidak ada seorang makhluk Allâh pun yang dapat menggambarkan keindahannya. Rasûlullâhsaw melanjutkan kisahnya, maka Allâh mewahyukan kepadaku secara langsung, dan Dia telah (mewajibkan) kepadaku lima puluh kali shalât untuk setiap hari.
فَنَزَلْتُ حَتَّى انْتَهَيْتُ إِلَى مُوسَى فَقَالَ مَا فَرَضَ رَبُّكَ عَلَى أُمَّتِكَ قَالَ قُلْتُ خَمْسِينَ صَلاةً فِي كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ قَالَ ارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ فَاسْأَلْهُ التَّخْفِيفَ فَإِنَّ أُمَّتَكَ لا تُطِيقُ ذَلِكَ وَإِنِّي قَدْ بَلَوْتُ بَنِي إِسْرَائِيلَ
Setelah itu lalu aku turun hingga sampai ke tempat Nabi Musa (langit yang keenam).Maka Nabi Musa bertanya kepadaku, 'Apakah yang diwajibkan oleh Rabbmu atas umatmu?'Aku menjawab, 'Lima puluh kali shalât untuk setiap harinya.' Nabi Musa berkata, 'Kembalilah kepada Rabbmu, lalu mintalah keringanan dari-Nya karena sesungguhnya umatmu niscaya tidak akan kuat melaksanakannya; aku telah mencoba Bani Israel dan telah menguji mereka.'
وَخَبَرْتُهُمْ قَالَ فَرَجَعْتُ إِلَى رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ فَقُلْتُ أَيْ رَبِّ خَفِّفْ عَنْ أُمَّتِي فَحَطَّ عَنِّي خَمْسًا فَرَجَعْتُ إِلَى مُوسَى فَقَالَ مَا فَعَلْتَ قُلْتُ حَطَّ عَنِّي خَمْسًا قَالَ إِنَّ أُمَّتَكَ لَا تُطِيقُ ذَلِكَ فَارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ فَاسْأَلْهُ التَّخْفِيفَ لِأُمَّتِكَ
Rasûlullâh saw melanjutkan kisahnya, maka aku kembali kepada Rabbku, lalu aku memohon, 'Wahai Rabbku, ringankanlah buat umatku.' Maka Allâh meringankan lima waktu kepadaku. Lalu aku kembali menemui Nabi Musa.Dan Nabi Musa bertanya, 'Apakah yang telah kamu lakukan?'Aku menjawab, 'Allâh telah meringankan lima waktu kepadaku.'Maka Nabi Musa bertanya, 'Sesungguhnya umatmu niscaya tidak akan kuat melakukan hal tersebut, maka kembalilah lagi kepada Rabbmu dan mintalah keringanan buat umatmu kepada-Nya.'
قَالَ فَلَمْ أَزَلْ أَرْجِعُ بَيْنَ رَبِّي وَبَيْنَ مُوسَى وَيَحُطُّ عَنِّي خَمْسًا خَمْسًا حَتَّى قَالَ يَا مُحَمَّدُ هِيَ خَمْسُ صَلَوَاتٍ فِي كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بِكُلِّ صَلَاةٍ عَشْرٌ فَتِلْكَ خَمْسُونَ صَلَاةً وَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كُتِبَتْ حَسَنَةً فَإِنْ عَمِلَهَا كُتِبَتْ عَشْرًا وَمَنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا لَمْ تُكْتَبْ شَيْئًا فَإِنْ عَمِلَهَا كُتِبَتْ سَيِّئَةً وَاحِدَةً
Rasûlullâh melanjutkan kisahnya, maka aku masih tetap mondar-mandir antara Rabbku dan Nabi Musa, dan Dia meringankan kepadaku lima waktu demi lima waktu. Hingga akhirnya Allâh berfirman, 'Hai Muhammad, shalât lima waktu itu untuk tiap sehari semalam; pada setiap shalât berpahala sepuluh shalât, maka itulah lima puluh kali shalât. Dan barang siapa yang berniat untuk melakukan kebaikan, kemudian ternyata ia tidak melakukannya dituliskan untuknya pahala satu kebaikan. Dan jika ternyata ia melakukannya, dituliskan baginya pahala sepuluh kali kebaikan. Dan barang siapa yang berniat melakukan keburukan, lalu ia tidak mengerjakannya maka tidak dituliskan dosanya. Dan jika ia mengerjakannya maka dituliskan baginnya dosa satu keburukan.'
فَنَزَلْتُ حَتَّى انْتَهَيْتُ إِلَى مُوسَى فَأَخْبَرْتُهُ فَقَالَ ارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ فَاسْأَلْهُ التَّخْفِيفَ لأُمَّتِكَ فَإِنَّ أُمَّتَكَ لا تُطِيقُ ذَاكَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم لَقَدْ رَجَعْتُ إِلَى رَبِّي حَتَّى لَقَدْ اسْتَحَيْتُ. رواه الشيخان واللفظ لمسلم وروى الحاكم في المستدرك عن ابن عباس قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم " رَأَيْتُ رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ "
Setelah itu aku turun hingga sampai ke tempat Nabi Musa, lalu aku ceritakan hal itu kepadanya. Maka ia berkata, 'Kembalilah kepada Rabbmu, lalu mintalah kepada-Nya keringanan buat umatmu, karena sesungguhnya umatmu tidak akan kuat melaksanakannya.' Maka aku menjawab, 'Aku telah mondar-mandir kepada Rabbku hingga aku malu terhadap-Nya.'"(Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim; dan lafal hadits ini berdasarkan Imam Muslim).
Perjalanan singkat yang penuh hikmah tersebut segera berakhir, Az-Zahri dan Urwah telah meriwayatkan, bahwa pada pagi hari setelah Rasululloh SAW di Isra’ Mi’rajkan, ketika peristiwa itu diceritakan kepada orang-orang Quraisy, mereka banyak yang tidak mempercayainya, bahkan mereka mengadakan reaksi membuat fitnah yang keras.
Dalam hal ini, mereka pergi menuju Abu Bakar As-sidik untuk memberitahu tentang apa yang dikisahkan oleh Muhammad dengan berkata : “Wahai Abu Bakar, teman anda Muhammad sudah gila, ia mengaku-aku telah pergi ke Baitul Muqaddas kemudian naik kelangit sampai ke Sidratul Muntaha dan kembali lagi sebelum waktu pagi, adakah anda mempercayainya?” Abu Bakar menjawab : “Kalau memang Muhammad berkata begitu, maka aku mempercayainya”. “Engkau percaya dengan dia?, tanya mereka. Abu Bakar dengan tegas menjawab : “Ya aku percaya, dan itu pasti benar”. Maka dari peristiwa inilah Abu Bakar disebut dengan sebutan “Ash Shiddiq”.
Tanggapa masyarakat tentang Isra’ Mi’raj beragam. Dalam mempercayai peristiwa Isra’ Mi’raj terdapat tiga kelompok yaitu ;
1. Kelompok yang membenarkan sepenuhnya peristiwa Isra’ Mi’raj yaitu sahabat-sahabat Nabi yang memang mendapat petunjuk dari Allah swt, sehingga prasangka baik dari hati mereka lebih kuat daripada kekuatan fikir yang cenderung ragu-ragu.
2. Kelompok yang ragu terhadap peristiwa Isra’ Mi’raj. Mereka berasal dari kalangan sahabat atau pengikut Islam yang setengah terisi keyakinannya, sehingga sikap ragu-ragu ini melahirkan kemurtadan
3. Kelompok yang terang-terangan menolak peistiwa Isra’ Mi’raj yaitu orang-orang yang pada dasarnya sudah tidak percaya pada ajaran Islam.
Peristiwa-Peristiwa yang Terjadi Selama Isra’ Mi’raj
1. Melihat Sosok Asli Malikat Jibril
Jibril membimbing Rasul kesebuah batu besar, tiba-tiba Rasul melihat tangga yang sangat indah, pangkalnya di Maqdis dan ujungnya menyentuh langit.Kemudian Rasulullah bersama Jibril naik tangga itu menuju kelangit tujuh dan ke Sidrat al Muntaha.
“Dan sesungguhnya nabi Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, yaitu di Sidratul Muntaha.Di dekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratull Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya.Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dariyang dilihatnya itu dan tidakpula melampauinya.Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.” (QS. An Najm : 13 – 18).
Dikatakan bahwa Muhammad telah melihat wujud asli dari Malaikat Jibril yang memiliki sayap sebanyak 600 sayap. “Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (An-Najm 53:13)
Asy-Syaibani berkata: Aku menanyai Zirr bin Hubaisy tentang firman Allah Azza wa Jalla, maka jadilah dia dekat dua ujung busur panah atau lebih dekat (an-Najm, 53: 9). Dia menjawab: "Telah mengabariku Ibnu Mas'ud bahwasanya Nabi telah melihat (bentuk asli) Jibril. Ia memiliki 600 sayap." (HRMuslim).
2. Sampai di Sidrat al Muntaha Menggunakan Buraq
Menurut berbagai riwayat, ketika itu Nabi menaiki Buraq.Ketika Nabi tiba di langit dunia, berkatalah Jibril kepada penjaga langit, “Bukalah.”Penjaga langit itu bertanya, “Siapakah ini?”Ia (Jibril) menjawab, “Ini Jibril.” Penjaga langit itu bertanya, “Apakah Anda bersama seseorang?”Ia menjawab, “Ya, aku bersama Muhammad saw.” Penjaga langit itu bertanya, “Apakah dia diutus?”Ia menjawab, “Ya, ketika penjaga langit itu membuka, kami menaiki langit dunia. Di sana dijumpainya Nabi Adam yang dikanannya berjejer para ruh ahli surga dan di kirinya para ruh ahli neraka. Perjalanan diteruskan ke langit ke dua sampai ke tujuh.Di langit ke dua dijumpainya Nabi Isa dan Nabi Yahya.Di langit ke tiga ada Nabi Yusuf.Nabi Idris dijumpai di langit ke empat. Lalu Nabi saw bertemu dengan Nabi Harun di langit ke lima, Nabi Musa di langit ke enam, dan Nabi Ibrahim di langit ke tujuh. Di langit ke tujuh dilihatnyaBayt al-Ma’mur, tempat 70.000 malaikat shalat tiap harinya, setiap malaikat hanya sekali memasukinya dan tak akan pernah masuk lagi.
Sidrat al Muntahā berasal dari kata sidrah dan muntaha.Sidrah adalah pohon bidara, sedangkan muntaha berarti tempat berkesudahan, sebagaimana kata ini dipakai dalam ayat berikut:
ثُمَّ يُجْزَاهُ الْجَزَاءَ الأوْفَى )٤١ (وَأَنَّ إِلَى رَبِّكَ الْمُنْتَهَى (٤٢(
Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna, dan bahwasanya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu). (An-Najm, 53:41-42)
Dengan demikian, secara bahasa Sidrat al Muntahā berarti pohon Bidara tempat berkesudahan.Disebut demikian karena tempat ini tidak bisa dilewati lebih jauh lagi oleh manusia dan merupakan tempat diputuskannya segala urusan yang naik dari dunia di bawahnya maupun segala perkara yang turun dari atasnya. Istilah ini disebutkan sekali dalam Al Qur’an, yaitu pada ayat:...(yaitu) di Sidratil Muntaha. (An-Najm, 53:14)
Sidrat al Muntaha digambarkan sebagai pohon bidara yang sangat besar, tumbuh mulai langit ke-6 hingga langit ke-7. Dedaunannya sebesar telinga gajah dan buah-buahannya seperti bejana batu, sebagaiman Hadis:Dari Anas bin Malik, dari Malik bin Sha'sha'ah, dari Nabi. Diapun menyebutkan hadits Mi'raj, dan di dalamnya: "Kemudian aku dinaikkan ke Sidratul Muntaha". Lalu Nabi mengisahkan: "Bahwasanya daunnya seperti telinga gajah dan bahwa buahnya seperti bejana batu". Hadits telah dikeluarkan dalam ash Shahihain dari hadits Ibnu Abi Arubah.Hadits riwayat Baihaqi.
Jika Allah memutuskan sesuatu, maka "bersemilah" Sidrat al Muntahā sehingga diliputi oleh sesuatu, yang menurut penafsiran Ibnu Mas'ud ra, adalah "permadani emas".Deskripsi tentang Sidrat al Muntahā dalam hadits-hadits tentang Isra Mi'raj tersebut menurut sebagian ulama hanyalah berupa gambaran sebatas yang dapat diungkapkan kata-kata.
3. Singgah di Baitul Ma’mur
Baitul ma’mur, tempat Allah SWT menurunkan Al Qur’an dengan sifat-Nya Al Aziz (keseluruhan secara lengkap, Allah sudah mengetahui segala kejadian) yang kemudian dilanjutkan sifat-Nya Ar Rahim, (melalui malaikat Jibril ke Rasulullah di bumi, dengan bertahap). Di sini Rasulullah diberikan 3 pilihan minuman yaitu susu, madu, dan khamr surga yang tidak memabukkan. Pilihan Rasulullah akan menjadi takdir bagi umat beliau. Beliau memilih susu, maka “Engkau memilih untukmu dan umatmu dalam keadaan fitrah”, yaitu umat Islam dapat kembali suci. Berbeda dengan umat terdahulu yang jika berdosa maka diberikan azab.
Umat Islam dapat kembali suci di bulan Ramadhan, bulan pembakaran, yang dapat menggugurkan dosa, menjadi suci seperti baru dilahirkan.Pembakaran jiwa, agar menjadi lunak dan mudah dibentuk menjadi bentuk yang terbaik di sisi Allah, yaitu takwa. Doa minal aidin wal faizin, bukan dari rasulullah, bermakna “Semoga Allah menjadikan engkau kembali suci dan menjadi pemenang”.
4. Melihat Allah
Untuk hal ini terdapat beda pendapat di kalangan ulama, apakah Nabi Muhammad SAW., pernah melihat Tuhannya? Jika pernah apakah beliau melihatNya dengan mata kepala atau mata hati?Masing-masing memiliki argumennya sendiri-sendiri. Di antara yang berpendapat bahwa beliau pernah melihatNya dengan mata hati antara lain Baihaqi, Al Hafizh Ibnu Katsir dalam Tafsirnya, dan Syaikh al Albani berdasar riwayat Dari Abdullah bin Syaqiq, ia telah bersabda: Aku bertanya kepada Abu Dzar: "Seandainya aku melihat Rasulullah, pasti aku akan menanyainya." Lantas dia berkata: "Tentang sesuatu apa?" Aku akan menanyainya: "Apakah baginda melihat Tuhan baginda?" Abu Dzar berkata: "Aku telah menanyainya, kemudian beliau jawab: “Aku telah melihat cahaya”. (HR Muslim)
5. Menerima Perintah Sholat
Di Sidrat al Muntahā ini Nabi MuhammadSAW.mendapatkan perintah salat 5 waktu. Perintah melaksanakan salat tersebut pada awalnya adalah 50 kali setiap harinya, akan tetapi karena pertimbangan dan saran Nabi Musa serta permohonan Nabi Muhammad SAW., sendiri, serta kasih dan sayang Allah, jumlahnya menjadi hanya 5 kali saja. Diantara hadits mengenai hal ini diriwayatkan oleh Ibnu Abbas dan Ibnu Mas'ud ;
Dari Ibnu Abbas, ia telah berkata: "Nabi kalian diperintah lima puluh kali salat (sehari semalam), kemudian beliau meminta keringanan Tuhan kalian agar menjadikannya lima kali salat." (HR Ibnu Majjah)
Dari Abdullah bin Mas'ud, ia telah berkata: "Ketika Rasulullah diisra’kan, beliau berakhir di Sidratul Muntaha (yang bermula) di langit keenam. Ke sanalah berakhir apa-apa yang naik dari bumi, lalu diputuskan di sana. Dan ke sana berakhir apa-apa yang turun dari atasnya, lalu diputuskan di sana."
Ia berkata: "Kemudian Rasulullah diberi tiga hal: Diberi salat lima waktu dan diberi penutup Surah al-Baqarah serta diampuni dosa-dosa besar bagi siapapun dari umatnya yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun". (HR Muslim).
Komentar
Posting Komentar